Translate

Rabu, 19 Februari 2025

Hutan P-WEC Bantu Bibit Pohon untuk Penghijauan Sekitar Mata Air di Batu

 

Hutan Pendidikan P-WEC dan PROFAUNA Foundation memberikan bantuan 52 bibit pohon kepada SMAN 2 Batu untuk penghijauan sekitar mata air di Junrejo, Batu. Kegiatan penghijauan tersebut dilakukan pada tanggal 14 Februari 2025 yang melibatkan guru dan siswa SMAN 2 Batu.

BIbit pohon sumbangan dari Hutan Pendidikan P-WEC tersebut jenis Ficus dan nangka. Kedua bibit pohon tersebut merupakan hasil pembibitan yang dilakukan P-WEC secara mandiri.

Bantuan bibit pohon dari Hutan Pendidikan P-WEC tersebut dibagikan gratis kepada masyarakat, dengan catatan bahwa bibit pohon tersebut ditanam di kawasan hutan atau sekitar mata air. Pohon tersebut harus ditanam untuk keperluan masyarakat luas, kelestarian hutan atau terjaganya mata air.

Bibit pohon yang tersedia di Hutan Pendidikan P-WEC antara lain jenis pohon buah-buahan, kopi dan Ficus (keluarga beringin). Pohon buah yang tersedia biasanya adalah nangka, durian, alpukat, manggis dan mangga.

Minggu, 02 Februari 2025

Potensi Penanaman Kopi di Bawah Kanopi Hutan P-WEC

 

Kerja praktek ini bertujuan untuk menganalisis potensi penanaman kopi Arabika dan Robusta di bawah kanopi hutan P-WEC, Malang, dalam rangka penerapan sistem agroforestriberkelanjutan. Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang mengombinasikan kehutanan dan pertanian guna meningkatkan keberlanjutan ekosistem serta kesejahteraan masyarakat.

Kerja praktek ini dilakukan melalui metode studi literatur serta pendekatan kuantitatif dengan pengukuran langsung di lapangan, termasuk pendataan jenis dan jumlah tanaman kopi, analisis kondisi lingkungan, serta evaluasi pertumbuhan tanaman di berbagai lokasi.

Hasil kerja praktek menunjukkan bahwa faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kondisi tanah, serta persaingan dengan vegetasi lain berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kopi. Lokasi dengan kanopi yang terlalu rapat cenderung menghambat pertumbuhan tanaman kopi, sementara lokasi dengan cahaya cukup memungkinkan tanaman tumbuh lebih optimal.

Selain itu, hama seperti kutu putih dan ulat bulu ditemukan sebagai ancaman bagi tanaman kopi di area kerja praktek.

Dari total 268 tanaman kopi yang ditanam, 55,97% merupakan varietas Arabika dan 44,03% merupakan varietas Robusta, dengan rata-rata tinggi tanaman 43,92 cm. Oleh karena itu, sistem agroforestri berbasis kopi di Hutan P-WEC memiliki potensi dalam meningkatkan keberlanjutan ekosistem hutan.

Namun, untuk mencapai hasil optimal, perlu dilakukan pemilihan lokasi penanaman yang tepat serta pengelolaan hama dan kompetisi tanaman yang lebih efektif.

Ditulis oleh Windy Azizah Anggraini dan Magfirotul Firdausz, mahasiswa biologi ITS

Keberadaan Macan Tutul di Kawasan Gunung Semeru Disambut Gembira Oleh Profauna

 

Keberadaan macan tutul Jawa di kawasan Gunung Semeru yang tertangkap kamera perangkap sangat menggembirakan bagi pendiri ProfaunaRosek Nursahid.

Menurutnya, keberadaan macan tutul Jawa menunjukan bahwa habitat mereka masih eksis di alam liar.

Rosek Nursahid berharap, perlindungan terhadap satwa liar dan dilindungi itu benar-benar maksimal.

Dalam wawancara dengan SURYAMALANG.COM, Rosek berpendapat pekerjaan rumah yang harus dilakukan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) adalah menjaga kelestarian macan tutul jawa itu.

"Saya kira, ditemukannya macan tutul itu menggembirakan. Keberadaannya masih ada."

"PR-nya adalah bagaimana kelestarian macan itu terjaga, bahkan populasinya meningkat."

"Tantangannya nanti di situ. Tertangkapnya gambar macan itu menggembirakan," kata Rosek kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (23/1/2025).

Untuk menjaga kelestarian macan tutul itu, Rosek berpendapat perlunya dukungan habitat yang seimbang.

Sebagai hewan pemuncak rantai makanan, macan tutul membutuhkan mangsa untuk bertahan hidup.

Ketika keseimbangan ekosistem terjaga, maka tidak sulit untuk menemukan mangsa.

"Kalau di Jawa, macan tutul itu top predator paling tinggi. Itu terkait dengan mangsa."

"Daya dukung habitat dan mangsa harus seimbang. Hutannya harus dijaga. Mereka kalau memangsa kan babi hutan, kadang juga monyet."

"Keseimbangan ekosistem dijaga. Itu harus betul-betul terjaga," ujarnya.

Potensi perburuan liar harus ditekan semaksimal mungkin. Berdasarkan pengalaman ProFauna, banyak pemburu masuk dari kawasan Tirtoyudho dan Ampelgading, Kabupaten Malang.

Di sana, pemburu bisa leluasa masuk kawasan taman nasional karena tidak ada penjagaan.

Dikatakan Rosek, perburuan yang banyak terjadi di TNBTS adalah perburuan satwa burung, namun tidak menutup kemungkinan pemburu memburu hewan lain ketika melihat peluang.

"Betul, memang di sana lebih banyak berburu burung tetapi yang harus dicermati, biasanya pemburu di lapangan berpotensi berburu satwa lain."

"Penangkapan burung memang terjadi, di sana menggunakan pulut dan jaring. Saya kira tetap tidak bisa dibenarkan."

"Harus steril. Saya kira itu harga mati. Patroli untuk mencegah perburuan satwa perlu diperluas," sarannya.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan laporan perburuan sering ia dapatkan, namun tidak menemukan di lapangan.

Pasca menangkap visual macan tutul jawa, petugas memperketat kawasan taman nasional. Patroli juga dikuatkan untuk mengantisipasi masuknya pemburu liar.

BB TNBTS berupaya melindungi keberadaan macan tutul langka itu. Rudi mengatakan, ia telah memerintahkan sejumlah petugas untuk memasifkan pratoli kawasan agar tidak ada peruran liar yang dapat mengancam keberlangsungan hidup macan tutul.

"Sejauh ini yang kami dengar laporannya adalah perburuan burung. Kalau macan tutul masih belum ada," katanya.

Hasil sementara menunjukkan mayoritas macan tutul yang terekam di kawasan TNBTS merupakan macan kumbang atau macan tutul melanistik, yakni macan tutul dengan pigmen hitam dominan pada bulunya. Menurut Rudi, kondisi ini terjadi akibat isolasi populasi dalam jangka waktu lama.  

"Isolasi ini mengakibatkan variasi genetik di lanskap TNBTS cukup rendah, karena tidak ada pertambahan genetik dari populasi macan tutul lain."

"Akibatnya, gen yang meregulasi proses melanisme menjadi dominan, sehingga mayoritas macan tutul di TNBTS berwarna hitam," jelasnya.  

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com 

Mengenal Jenis Amfibi yang Ada di Hutan Pendidikan P-WEC

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati tinggi. Salah satu keanekaragaman yang tertinggi di Indone...