MALANGVOICE– Sebagai sumber daya alam, hutan memiliki peluang
dan potensinya. Upaya pelestarian kawasan hutan memberi manfaat terhadap aspek
ekologis dan menunjang aspek ekonomis yang dapat dirasakan masyarakat sekitar
kawasan hutan.
Keberagaman
flora dan fauna, serta bentang alam, membuat manusia menempatkan dirinya bagian
dari sistem alam semesta. Sebuah tatanan saling membutuhkan dengan semua
makhluk hidup dan alam (ekosentrisme). Bukan sebaliknya, menempatkan manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta (antroposentrisme).
Momen menjaga fungsi ekologi hutan diserukan tepat pada Hari Kemerdekaan ke-78
RI di kawasan hutan Gunung Pucung, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
(Kamis, 17/8). Upacara yang digelar di lereng Gunung Arjuna itu digagas PROFAUNA
bersama Kelompok Perhutanan Sosial-Kelompok Tani Hutan (KPS-KTH) Wonomulyo Desa
Bulukerto.
Pendiri PROFAUNA, Rosek Nursahid menuturkan,
upacara peringatan HUT ke-78 RI menjadi momen menyatukan para petani yang
memiliki lahan garapan kawasan hutan. Tema ‘Merdeka Hutan’ menjadi isu yang
disuarakan untuk melestarikan fungsi hutan. Hutan yang lestari berpotensi
mendatangkan nilai ekonomis bagi masyarakat hutan.
“PROFAUNA
tertarik mendampingi petani mengelola kawasan hutan di lereng Gunung Arjuna.
Karena hasil survei dan tangkapan kamera trap dalam dua tahun terakhir, keaneka
ragaman hayatinya cukup tinggi,” ungkap Rosek.
Menurutnya, kawasan di lereng Gunung Arjuna dikelola petani hutan, baik legal
maupun ilegal. Pihaknya mengajak para petani agar mengantisipasi terjadinya
alih fungsi hutan yang membawa ancaman bencana hidrometeorologi. Salah satunya
banjir bandang di Desa Bulukerto pada 2021 lalu.
Bencana
itu muncul salah satunya dipicu karena adanya pembukaan lahan hutan menjadi area
perladangan. Baginya, hutan memiliki kemerdekaan untuk tumbuh sesuai fungsinya.
Bukan hanya pepohonan, tapi menjadi habitat satwa liar.
“Satwa-satwa
yang ada di hutan harus dilestarikan. Ini dapat mendatangkan nilai ekonomi
melalui eco tourism. Aktivitas wisata mengamati kehidupan satwa liar di alam
bebas,” ungkap dia.
Eco
tourism sangat memungkinkan untuk dimunculkan di Gunung Pucung yang berada di
kawasan hutan lereng Gunung Arjuna. Di tempat itu terindentifikasi tiga ekor
elang jawa yang tertangkap kamera trap. Satwa yang terancam punah itu menjadi
inspirasi lahirnya lambang negara Indonesia, yakni Garuda Pancasila. Selain itu
ditemukan juga macan tutul jawa. Sayangnya perjumpaan langsung itu tak
terdokumentasi kamera.
“Ini
indikasi begitu pentingnya menjaga ekosistem hutan di lereng Gunung Arjuna.
Mengelola hutan selaras menjaga keanekaragaman hayati sehingga mendatangkan
nilai ekonomis bagi masyarakat,” urai Rosek.
Ketua KPS KTH Wonomulyo Desa Bulukerto, Sunarto menuturkan, upacara HUT ke-78
RI yang digelar di lereng Gunung Arjuna, baru kali pertama diikuti petani
hutan. Ia mengatakan, secara keseluruhan ada 306 anggota KTH Wonomulyo, 188
anggota diantaranya masuk dalam SK Kulin KK yang diberikan KLHK pada Agustus
2019 lalu.
“Kami
sepakat dalam momen ini. Merdeka bukan leluasa mengelola hutan tapi harus ada
koridor-koridor yang diperhatikan untuk menjaga ekosistem hutan. Tiga aspek
perhutanan sosial, harus mengedepankan ekologi, sosial berkaitan kearifan lokal
dan nantinya dapat mewujudakn aspek ekonomi,” papar dia.(der)