Translate

Senin, 30 November 2020

Membongkar Perburuan Satwa Liar di Hutan Malang Raya

 Maraknya perburuan satwa liar yang dilindungi di hutan Malang Raya jadi perhatian serius. Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Perhutani, dan PROFAUNA Indonesia pun menggelar operasi besar mengejar para pemburu. Tim Jawa Pos Radar Malang, Abdul Muntholib dan Darmono, ikut langsung dalam tim operasi besar tersebut.

Sepuluh pengendara motor trail bergerak dari markas PROFAUNA, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, menuju hutan lindung di Wagir, Sabtu (7/11) pukul 09.00. Disusul tiga mobil double cabin 4×4 milik Perhutani KPH Malang, BKSDA, serta Direktorat Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mereka adalah tim gabungan yang dibentuk untuk membongkar perburuan liar dan menangkap para pemburu yang sudah meresahkan. Total ada 26 petugas yang menyusuri hutan belantara tersebut, termasuk tim Polisi Hutan Mobile (Polhutmob) bersenjata api lengkap.

Butuh waktu sekitar 40 menit menuju pos pertama di Precet Water Park, kawasan hutan lindung Wagir. Di sana, mereka sudah disambut tim dari Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Wagir dan perwakilan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Proses koordinasi dan strategi pun dimatangkan. Sekitar delapan tim dari PROFAUNA lebih dulu naik menyebar ke sejumlah bukit di sekitar Gunung Pitrang, Gunung Batu Tulis, dan Gunung Loksongo. Semuanya berada di bawah BKPH Wagir. Mereka merupakan tim penyisir yang bertugas menjadi informan untuk memantau pergerakan pemburu. Semua anggota tim penyisir ini sudah dibekali alat komunikasi handy talky (HT). Ini karena di bukit dengan ketinggian di atas 1.200 dpl tersebut tidak ada sinyal.

Delapan penyisir itu tersebar ke empat pos. Masing-masing pos dua petugas. Sementara tim lain dari Polhutmob, BKSDA, dan penegak hukum (gakkum) siaga di pos Precet Forest Park. Mereka siaga, begitu muncul aba-aba ada pemburu, langsung mengepung area.

Sekitar pukul 13.00, tim Polhutmob yang di pos pertama mulai menyebar. Sebagian naik menuju pos pantau di dekat Coban Loksongo. Jarak tempuhnya sekitar empat kilometer dari Precet Water Park. Jalan menuju pos tersebut menanjak dan terjal. Hanya motor jenis trail yang memungkinkan bisa naik ke pos tersebut. Sebagian tim berhenti di pos pantau Loksongo.

Namun, ada lagi anggota tim yang meneruskan perburuan hingga menuju Coban Loksongo. Karena di atas Coban Loksongo itulah tempat komunitas lutung jawa yang jadi target perburuan. Beberapa pencari kayu, termasuk petugas sumber air yang ditemui di hutan, juga kerap melihat langsung pemburu lutung menuju ke bukit di atas Coban Loksongo.

”Saya sering lihat mereka (pemburu) berangkat mulai sore hari. Menjelang subuh biasanya turun dengan membawa hasil buruan,” terang Imam Sujari, warga yang ditemui dekat Coban Loksongo.

Dari informasi itu, tim kian semangat. Dengan menunggangi trail, tim bergegas mendekati Coban Loksongo. Butuh perjuangan berat menuju kawasan Coban Loksongo. Selain jalan licin, menanjak, terjal, lebar jalan juga hanya setapak. Butuh keberanian dan nyali tinggi untuk bisa menembus hutan yang cukup perawan tersebut. Di sisi kanan ada jurang sangat curam, sedangkan sisi kiri pepohonan liar nan rimbun.

Tim Jawa Pos Radar Malang bersama Ketua PROFAUNA Rosek Nursahid mencoba menembus hingga ke ujung jalan. Hanya, kurang dari selemparan batu dari ujung jalan, akses sudah buntu. Di tengah jalan yang hanya setapak itu terhalang pohon besar dan akar-akarnya. Motor trail yang ditunggangi tidak mungkin maju lagi. Mundur pun kerepotan. Ibaratnya, maju kena, mundur kena. ”Tidak ada pilihan, kita harus saling bantu gotong motor trail ini untuk putar balik. Keamanan diri juga penting,” ungkap Rosek Nursahid sembari menunjuk curamnya jurang di samping roda trail.

Setelah tiga motor trail berhasil diputar balik dengan cara digotong, tim kembali ke pos pantau. Di sana, tim Polhutmob pun siaga. Setiap pergerakan warga diawasi. Petugas di pos lain terus saling komunikasi lewat HT setiap ada warga yang masuk hutan. Sembari melakukan pengintaian, tim banyak menggali informasi ke warga yang masuk hutan. Satu per satu ditanya keperluannya. Termasuk menanyakan lokasi di mana orang-orang biasanya berburu hewan.

”Yang saya tahu, biasanya warga Ngajum kerap berburu di sini. Mereka anak muda-muda. Tapi yang mereka cari biasanya burung,” ungkap Sucipto, salah satu warga yang mengaku bertugas membenahi pipa air dari sumber air di atas bukit.

Puas menggali informasi dari warga, Ketua PROFAUNA Rosek Nursahid dan tim kembali turun sekitar pukul 19.00. Termasuk tim dari pos lain juga sama-sama menuju pos pertama di Precet Water Park untuk makan malam. Sembari makan malam, mereka kembali atur strategi dan pembagian pos baru. Baru ada pukul 21.00, mereka kembali beroperasi ke pos di atas bukit hingga dini hari.

Operasi tersebut berlangsung sampai Minggu malam (8/11). Tidak ada temuan signifikan pada operasi gabungan tersebut kecuali data tentang pintu masuk para pemburu menuju komunitas lutung di atas Coban Loksongo. ”Setidaknya, dengan operasi ini, kami menjadi tahu peta para pemburu di kawasan sini. Di sisi lain, ini juga jadi shock teraphy bagi para pemburu agar mereka tidak berani lagi,” tegas Kepala Resort Konservasi Wilayah 22 BKSDA (Wilayah Malang) Hari Purnomo yang ikut dalam tim operasi.

Dia menjelaskan, operasi ini sudah menjadi agenda rutin dua bulanan. Kebetulan, BKSDA bersama tim PROFAUNA pada bulan lalu berhasil menemukan potongan lutung jawa di jalur pendakian ke gunung Butak, Dau. Gunung Butak itu berdampingan dengan Gunung Pitrang, Batu Tulis, dan Bukit Puncak Sanimin.

Tak hanya itu, BKSDA juga baru saja menemukan lutung yang nyaris mati di hutan Tirtoyudo. Kondisinya memprihatinkan. Karena perutnya sudah terluka bekas jeratan. Akhirnya lutung itu dirawat dan dievakuasi ke Secret Zoo di Batu. Sayangnya, hanya sekitar dua minggu di sana, lutung tersebut mati. Dari temuan itu, akhirnya PROFAUNA, BKSDA, Perhutani, dan Gakkum LHK koordinasi untuk sekalian melakukan operasi besar.

”Tapi kami tidak berhenti di sini. Kami akan terus kejar pemburu satwa. Ini pelanggaran berat,” ancam Hari Purnomo.

Dua Pemburu Sudah Proses Hukum

Janji Kepala Resort Konservasi Wilayah 22 BKSDA Hari Purnomo untuk terus melakukan operasi pemburu satwa ditepati. Setelah tidak menemukan hasil signifikan pada operasi pertama di kawasan hutan Wagir, razia bergeser ke kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Batu. Tim gabungan itu dari PROFAUNA Indonesia dan juga Perhutani BKPH Pujon. Operasi dimulai pada Senin pagi (16/11) pukul 08.00.


Baru berjalan beberapa kilometer, tepatnya pukul 10.00, tim sudah menemukan sejumlah jerat satwa yang dipasang pemburu. Jerat dari tali berbahan nilon. Panjangnya 15 meter x 1,5 meter. Lokasi penemuan itu tepat di atas Pura Arjuna, kawasan Tahura. Namun, tim tidak berhasil menemukan pemasang jerat tersebut. ”Di Tahura ada beberapa jerat satwa yang kami temukan. Ini bukti kalau pemburu masih berkeliaran,” terang Ketua PROFAUNA Indonesia Rosek Nursahid.

Tak hanya itu, dari razia tersebut, Nursahid juga mendapatkan data jika baru saja ada warga sekitar hutan yang melihat pemburu lutung jawa. Karena hasil buruan itu dimasukkan dua karung. Darah masih berceceran. Namun, warga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam. ”Kami percaya kalau temuan warga itu memang primata yang dibunuh. Karena di kawasan Tahura itu salah satu tempatnya primata,” ungkap Rosek.

Bukti jeratan satwa tersebut kini telah diamankan. Ini nanti akan jadi evaluasi bersama untuk melakukan langkah-langkah menghentikan perburuan satwa. Operasi di Tahura itu dilakukan sehari.

Sementara itu, Komandan Regu Polhutmob KPH Malang Surianto mengatakan, di tahun 2020 ini perburuan memang masih marak. Dari data yang terungkap 14 September lalu pihaknya berhasil menangkap dua pemburu asal Singosari, NT dan SB, di Hutan Karangan, Karangploso. Barang buktinya berupa senapan angin dan burung. Kasus ini sudah dilimpahkan ke Polres Malang. Keduanya melanggar Pasal 50 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Karena semua yang berada di hutan lindung tidak boleh dibawa, apalagi diburu. ”Proses hukum sedang berjalan, tapi kedua pelaku belum ditahan,” tegas Surianto.

Artikel ini telah dimuat di Radar Malang tanggal 27 November 2020.

Website utama: www.profauna.net

Dari Bukit yang Kering, Kini Hutan P-WEC Miliki Beragam Spesies Flora dan Fauna

  JATIMTIMES  - Hutan Petungsewu-Wildlife Education Center (P-WEC) dulunya merupakan areal perbukitan kering yang jarang ditumbuhi oleh pepo...