JATIMTIMES - Hutan Petungsewu-Wildlife Education Center
(P-WEC) dulunya merupakan areal perbukitan kering yang jarang ditumbuhi oleh
pepohonan rindang serta tidak menjadi habitat para fauna.
Pendiri Yayasan Profauna Indonesia Rosen Nursahid
menyampaikan, bahwa dari areal perbukitan kering, saat ini P-WEC menjadi sebuah
hutan dengan ditumbuhi 137 spesies pohon dan menjadi habitat bagi para fauna.
"Proses penanaman pohon di lahan seluas
sekitar 5 hektar ini dilakukan sejak tahun 2002 oleh Profauna Indonesia dan
Petungsewu Adventure," ungkap Rosek dalam keterangannya, Kamis
(11/1/2024).
Rosek pun menjelaskan dari 137 spesies pohon, 11
jenis di antaranya merupakan keluarga pohon beringin atau moraceae. Di
antaranya Beringin (Ficus benyamina), Awar Awar (Ficus septica), Keluwing
(Ficus hipsida), Lo (Ficus racemosa), Tin (Ficus carica), Karet kerbau (Ficus
elastic), Benying (Ficus fistulosa), Ipik (Ficus retusa), dan Beringin (Ficus
kurzii).
"Pohon keluarga beringin ini menjadi habitat
berbagai jenis burung dan tupai, selain juga menjadi peneduh," kata Rosek.
Lalu, juga terdapat 17 spesies keluarga Fabaceae
di hutan P-WEC. Jenis-jenis yang masuk keluarga Fabaceae ini antara lain Asam
Jawa (Tamarindus indica), Petai (Parkia speciosa), Kelor (Moringa oleifera),
Gamal (Glyricidia sepium), Kedawung (Parkia timoriana), Trembesi (Samanea
saman), Sono Keling (Dalbergia latifolia), Sengon (Paraserianthes falcataria),
Johar (Senna spectabilis) dan lainnya.
"Selain kategori pohon, di hutan P-WEC juga
ada 10 jenis palem, 23 perdu dan 7 jenis bambu," imbuh Rosek.
Dengan beragamnya spesies pohon di area Hutan
P-WEC, membuat lokasi inj menjadi habitat lebih dari 40 jenis burung. Mulai
dari Elang hitam (Ictinaetus malayensis), Elang ular bido (Spilornis cheela),
Cipohkacat (Aegithina tiphia), Cekakakjawa (Halcyon cyanoventris), Cekakak
sungai (Todirhampus chloris), Walet linci (Collocalia inchi), Kapasan kemiri
(Lalage nigra), Sepah hutan (Pericrocotus flammeus), Sepah kecil (Pericrocotus
cinnamomeus), Cabak maling (Caprimulgus macrurus), Bubut jawa (Centropus
nigrorufus), Kedasi australia (Chrysococcyx basalis), Wiwik kelabu (Cacomantis
merulinus), Wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis), dan lain-lainnya.
Selain menjadi habitat beragam jenis burung, Hutan
P-WEC juga menjadi rumah bagi beberapa jenis mamalia. Antara lain, kucing hutan
(Prionailurus bengalensis), bajing (Callosciurus notatus), musang (Paradoxurus
hermaphrodites) dan garangan (Herpestes javanicus).
Menurut Rosek, dengan banyaknya spesies pohon dan
jenis fauna yang berada di area Hutan P-WEC membuktikan bahaa pemulihan suatu
wilayah yang kering bukan sebuah mimpi atau mustahil dapat terjadi.
"Beragamnya jenis pohon dan burung yang ada
di hutan P-WEC ini membuktikan bahwa pemulihan suatu wilayah untuk menjadi
hutan itu bukan sebuah mimpi, tapi bisa diwujudkan asal ada kemauan, kerja
keras dan perawatan pohon," jelas Rosek.
Pria yang juga merupakan ekolog inu mengatakan,
bahwa hal yang paling terpenting dari sebuah program penghijauan atau reboisasi
adalah perawatan pohon yang ditanam.
"Jangan hanya ramai di seremoni penanamannya
saja, tetapi kemudian pohon yang ditanam itu tidak dirawat, akhirnya banyak
yang mati," tegas Rosek.
Sementara itu, Ketua Profauna Indonesia Nada
Prinia mengatakan, dengan banyaknya spesies pohon dan jenis satwa liar di area
Hutan P-WEC membuat cocok untuk menjadi lokasi pembelajaran.
"Hutan P-WEC menjadi tempat yang pas untuk
belajar tentang pengenalan vegetasi, edukasi konservasi alam dan pengamatan
burung. Ini menjadi pusat pendidikan kosnervasi alam yang cukup ideal dengan
harga yang terjangkau," pungkas Nada.
Sumber: https://lumajang.jatimtimes.com/baca/303846/20240111/083300/dari-bukit-yang-kering-kini-hutan-p-wec-miliki-beragam-spesies-flora-dan-fauna